Sabtu, 23 Februari 2013

PB FORKI Hapus Pembatasan Usia

Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia akan menghapus regulasi pembatasan usia atlet yang berlaga pada Pekan Olahraga Nasional XIX-2016 di Jawa Barat. "Aturan itu (pembatasan usia atlet) tidak akan berlaku lagi di PON Jabar. Forki ingin semua atlet potensial dari daerah berlaga di PON, tidak perlu lagi ada pembatasan," kata Ketua Umum PB Forki Hendardji Soepandji usai melantik kepengurusan Forki Jatim periode 2012-2016 di Surabaya, Sabtu.

Regulasi pembatasan usia atlet diterapkan PB Forki pada PON 2012 di Riau, yakni maksimal 29 tahun untuk nomor kumite baik putra maupun putri, serta maksimal 34 tahun pada nomor kata. Penerapan aturan tersebut sempat menuai protes dari sejumlah provinsi, karena dianggap menjegal peluang daerah untuk merebut medali emas. Namun, PB Forki tetap menerapkan regulasi itu. "Penghapusan aturan itu permintaan dari daerah-daerah dan PB Forki juga setuju. Apalagi, di ajang internasional seperti SEA Games, Asian Games dan Olimpiade, juga tidak diterapkan aturan seperti itu," ujar Hendardji.
Ia tidak terlalu khawatir jika penghapusan regulasi pembatasan usia atlet yang berlaga di PON, bisa menghambat proses regenerasi atlet. "Justru ini akan meningkatkan kompetisi dan persaingan dari para atlet. Kalau memang ada karateka senior yang masih berkualitas, Forki akan terus mendorongnya untuk berprestasi hingga ke level internasional, begitu pula untuk atlet junior," tambahnya. Hendardji mencontohkan karateka asal Jatim Umar Syarief yang kemampuannya tetap prima, kendati usianya sudah mencapai 35 tahun. Peraih medali emas SEA Games 2011 itu juga lama bermukim di Eropa untuk mengikuti berbagai kompetisi karate.
   
Selain regulasi usia atlet, PB Forki mulai menerapkan aturan ketat terhadap wasit atau juri yang memimpin pertandingan karate, yakni dibatasi maksimal usia 60 tahun dan harus lolos tes psikologi. "Kami tidak ingin ada lagi kasus pelemparan kursi dari ofisial daerah seperti saat PON 2012, akibat wasit salah ambil keputusan. Nantinya kalau masih ada wasit yang bermasalah, Forki memberi sanksi. Begitu juga terhadap ofisial atau pelatih yang melakukan pelanggaran disiplin," tegasnya